Rizqi kita sudah tertulis di Lauhul Mahfudzh. Mau diambil lewat jalan halal ataukah haram, dapatnya segitu juga. Yang beda, rasa berkahnya ;)
Jodoh kita sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Mau diambil dari jalan halal ataukah haram, dapatnya yang itu juga. Yang beda, rasa berkahnya ;)
Keduanya bukan tentang apa, berapa, atau siapa; tapi BAGAIMANA Allah memberikannya; diulurkan lembut & mesra, atau dilempar penuh murka?
Maka layakkanlah diri di hadapanNya untuk dianugerahi rizqi & jodoh dalam serah terima paling sakral, mesra, penuh cinta, berkah, & makna.
Rizqi & jodoh di tangan Allah. Tapi jika tak diambil-ambil, ya di tangan Allah terus ;P Ikhtiyar suci & doa menghiba mendekatlan keduanya
Setiap orang memiliki jodohnya. Jika takdir dunia tak menyatukannya, atau malah melekatkan pada yang tak sejalan; surga kelak mempertemukan.
Jodoh Nuh & Luth bukan isteri mereka. Jodoh Asiyah isteri Fir’aun bukanlah suaminya. Maryam ibunda ‘Isa pun kelak bertemu jodohnya.
Jodoh Abu Lahab itu agaknya Ummu Jamil, sebab mereka kekal hingga neraka. Jodoh Sulaiman agaknya Balqis, bersama mereka mengabdi padaNya ;)
Di QS An Nuur: 26; diri ialah cermin bagi jodoh hati. Yang baik-baik jadilah jodoh yang suci-suci. Yang nista-nista jumpalah yang keji-keji.
Tentu makna ayat itu adalah peringatan & kerangka ikhtiyar: cara menjemput jodoh terbaik adalah dengan membaikkan diri di tiap bilang hari.
Yang menjemput pasangan dengan menggoda matanya; bersiaplah mendapatkan ia yang tak tahan atas jebak kejelitaan lain.
Tiap masa lalu buram yang tersesal dalam taubat suci; semoga jadi jalan mengantar kita pada kelayakan mendapat jodoh yang terbaik.
Jodoh tetap misteri. Syukuri ketidaktahuan itu dengan merencanakan & mengupayakan yang terbaik menuju pernikahan suci di dunia nan fana.
Selanjutnya, tugas besar kita adalah melestarikan perjodohan itu hingga ke surga; meniti rumahtangga, sabar-syukur dalam barakah & ridhaNya.
Rumus keberpasangan tak selalu sama; (1) ada dua arus sungai yang bertemu, bergabung mengalir jadi satu. Itu namanya KESAMAAN cc: @anismatta
Rumus keberpasangan ke (2), ada jua panas menggelegak bertemu dingin membekukan; menjadi hangat yang syahdu. Itu KESEIMBANGAN cc: @anismatta
Rumus keberpasangan ke (3), adalah lautan yang teduh nan berjumpa angin berderu; menjadi badai yang dahsyat. Itu PERPADUAN. cc: @anismatta
Berharap akan sosok boleh saja; tapi jika Allah pilihkan yang lebih baik, lebih kaya, lebih rupawan darinya dampingi kita, jangan menolak;)
Nabi anjurkan nazhar; melihat calon pasangan sebelum nikah. Tentu untuk temukan hal nan menarik, bukan cacat-cela. Tajamkan mata batin kita.
Dalam hidup bersama di ikatan suci nan kita ikrarkan bersama ‘jodoh’ kita, hijrahkan cinta dari kata benda menjadi kata kerja, kalimat amal.
Di titian hari-hari setelah akad suci; hijrahkan rasa dari jatuh cinta menjadi bangun cinta; pastikan jadi megah istana, tinggi gapai surga.
Isteri & suami sejatinya tak saling memiliki. Kita hanya saling dititipi. Maka salinglah menjaga dalam menggenapkan agama, mentaatiNya.

Posting Komentar