“Kalau dirimu menginginkan perempuan seperti Fatimah , maka pantaskanlah diri layaknya Ali”
begitu bunyi sebuah komentar di blog saya.Tanggapan ini cukup membuat
saya bertanya-tanya pada mulanya.Kenapa mesti Pasangan Sayyidina ‘Ali
Ra dan Sayyidah Fatimah Ra (tentunya setelah pasangan Rasulullah saw
dan Istri-istrinya) yang dijadikan perumpamaan ? kenapa bukan Sayyidina
Abu Bakr atau Umar atau Ibn Mas’ud misalnya ?
Setelah
mengutak atik kembali biografi beliau di beberapa literatur sejarah
islam , saya baru menyadari bahwa Pasangan ini memang sangat pantas
dijadikan teladan.Saya tidak ingin membahas apa yang terjadi dalam
rumah tangga keduanya mengingat akan banyak sekali menghabiskan space
dan waktu ^_^.Namun memang kisah Keluarga Ali dan Fatimah sangat layak
dijadikan referensi.Untuk saat ini saya lebih tertarik membicarakan
kondisi Sayyidina Ali pra pernikahan dengan Sayyidah Fatimah.Semoga
dapat menjadi pelajaran (terutama buat yang nulis kali yah :D )
***
Siapa
yang tidak kagum dengan Sosok Sayyidah Fatimah ? Jangan tanyakan
tentang parasnya karena ia terlahir dari Laki-laki paling tampan
se-dunia sepanjang masa.Sikapnya yang lembut ,tegas dan berhiaskan
akhlak yang mulia menambah keanggunan putri Rasul Allah yang terakhir
itu.Dalam hal ibadah , kesantunan dan kecekatan dalam berusaha , ia
termasuk Ratunya.Semua itu sudah cukup untuk menjadi alasan banyak
laki-laki untuk meminangnya.
Diantara sekian banyak
pengagum Sayyidah Fatimah , masuklah dalam daftar itu seorang pemuda Miskin
cerdas bernama Sayyidina Ali bin Abi thalib , sepupu dari Baginda Rasulullah
saw. Ia sendiri sudah cukup lama mengenal Sayyidah Fatimah , bahkan bisa dibilang
bahwa mereka berdua adalah sahabat sejak kecil. Kekaguman Ali terhadap
Fatimah disimpannya rapat-rapat dalam hati.Yah , siapa yang yang tidak
kagum ketika melihat seorang gadis cantik berlari menyongsong Ayahnya
yang kotor dan penuh luka habis dilempari kotoran unta oleh Kafir
Quraisy.Ia basuh luka dan kotoran yang ada di sekujur tubuh ayahnya
dengan penuh cinta.Ia tutup luka ayahnya dengan secarik kain agar tak
menetes lagi keluar.
Siapa yang tidak jatuh hati melihat
ketegasan dan keberanian seorang Perempuan cantik yang berlari menuju
ka’bah tatkala Muhammad Rasulullah ayahnya dihina dan ditertawakan oleh
pembesar Quraisy.Ia hardik seluruh orang-orang terhormat itu hingga
tiada satupun yang bisa membalas menimpali.
Saya tidak
tahu apakah waktu itu Sayyidina ‘Ali menganggap bahwa apa yang ia rasa
adalah cinta , namun yang jelas batinnya cukup tersentak kaget saat
tersiar kabar bahwa seorang laki-laki mulia hendak meminang Fatimah
binti Muhammad yang ia kagumi. Laki-laki yang tidak sembarangan tingkat
kemuliaannya.Ialah Sayyidina Abu bakar Ash-Shiddiq Ra , laki-laki pertama
yang beriman dengan Rasul Muhammad.Laki-laki memiliki begitu kuat dalam
membela Islam sejak awal syiarnya.Laki-laki yang hidupnya dihiasi
keta’atan kepada Allah dan akhlaq yang begitu mulia.
Sayyidina Ali
pun merasa bahwa ia sedang diuji oleh Allah.Ia tahu bahwa Sayyidina Abu Bakar
jelas lebih pantas dari dirinya.Bukan karena Status Sayyidina Abu bakar yang dari
sisi finansial lebih berada darinya , ataupun status kedekatan
persahabatannya dengan Rasulullah. Sayyidina Ali tahu bahwa perjuangan Abu bakar
terhadap dakwah islam nyaris tiada yang menandingi.Ia menemani dan
mendukung penuh Rasulullah hampir dalam setiap keadaan.Beberapa sahabat
lain pun masuk islam lewat dakwahnya.Ia banyak memerdekakan
budak.Bahkan dari sisi finansial , ia banyak menyumbangkan hartanya
kepada Islam (hingga nyaris tiada yang tersisa untuk keluarganya).
Sayyidina Ali
pun kemudian mendukung Abu Bakar yang hendak meminang Fatimah.Ia
mungkin memang mencintai Fatimah , namun Sayyidina Abu bakar mungkin lebih pandai
untuk membahagiakan Sayyidah Fatimah ketimbang dirinya.Cinta memang bukan hanya
soal rasa , namun juga soal keberanian dan kesiapan.Cinta juga soal
keberanian mengambil kesempatan atau berkorban perasaan.
Namun
ternyata lamaran Sayyidina Abu Bakar ditolak oleh Rasulullah. Semangat Sayyidina Ali pun
mulai muncul kembali dan terus ia jaga. Ia persiapkan dirinya sebaik
mungkin agar pantas untuk meminang Sayyidah Fatimah.Namun setelah mundurnya Sayyidina Abu
bakar , ternyata ada lagi seorang laki-laki yang begitu luar biasa
berani dan perjuangannya.Laki-laki yang sejak ke-islamannya , muslim pun
lebih berani menegakkan mukanya dalam berdakwah.Laki-laki yang bahkan
Syetan saja lari terbirit-birit jika mendengar telapak kakinya.Ialah Sayyidina
Umar bin Al Khaththab Ra.Ali pun merasa di uji kembali.
Sayyidina Umar
ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan
itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan,
sekitar 3 tahun setelah Sayyidina ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan
ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar
pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya
Sayyidina ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih
dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku
datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan
’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”.Dan Ali pun harus kembali
ridha dan mendukung Umar yang menurutnya lebih pantas dari dirinya.
Sayang
, sekali lagi cinta memang soal keikhlasan menerima dan menolak ,
serta saat diterima dan ditolak. Kabar pun menyeruak , Lamaran Sayyidina Umar juga
ditolak.
Di satu sisi kabar ini cukup membuat Sayyidina Ali kembali
semangat dalam mempersiapkan dirinya untuk melamar Fatimah , namun
disisi lain kabar ini juga membuatnya bingung dan dilema.Kalaulah Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya dalam
kacamata agama saja masih ditolak oleh Baginda Nabi , apa lagi dirinya
yang tidak sehebat mereka berdua.”Menantu macam apa yang kiranya
ditunggu-tunggu oleh Rasulullah” , tanyanya dalam hati.Miliarder kaya
dermawan seperti Sayyidina Utsman kah yang menikah dengan Ruqayyah dan Umm
Kaltsum ? atau seperti Sayyidina Abul ‘Ash bin Rabi’ , suami Zainab binti
Rasulullah ?
“Mengapa engkau tidak mencoba kawan ?” ujar
teman-temannya menyemangati.”Aku punya firasat bahwa kau lah yang
ditunggu-tunggu oleh Baginda Rasulullah” lanjut temannya.
“Aku
?” ujar Ali keheranan.”Yah , engkau kawan ,siapa lagi “ jawab
temannya.”Aku hanyalah pemuda miskin , Apa yang akan kuandalkan ? ”
Jelas
dari sisi finansial , Sayyidina Ali merasa sangat tidak siap.Hanya satu set baju
besi dan sedikit tepung untuk makan yang ia miliki. Namun untuk meminta
Sayyidah Fatimah bersabar hingga batas waktu ? ah haruskah dirinya meminta
Fatimah untuk menunggu barang satu atau dua tahun dulu agar dirinya siap
? lantas dimana letak keberaniannya sebagai seorang laki-laki ?
“Engkau Pemuda sejati , hai Ali” batinnya mengingatkan.
Sayyidina Ali
lalu memberanikan diri menghadap ke rumah Rasulullah untuk meminang
Sayyidah Fatimah.Ia siapkan satu-satunya harta yang ia miliki berupa baju besi
untuk digadakan dan dibelikan mahar.Ia sadar bahwa dirinya adalah pemuda
sejati. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas setiap
perbuatannya.Pemuda yang berani menanggung konsekuensi atas segala
keputusannya.Ia yakin bahwa Allah maha kaya , dan Allah lah yang
memberikannya rezeki dari jalan yang tak pernah ia duga
.
“Ahlan
wa Sahlan” begitu jawaban Nabi sambil tersenyum.Ali sendiri awalnya
bingung dengan jawaban tersebut , hingga akhirnya ia diberi tahu bahwa
jawaban tersebut adalah keridloan dan kesukaan Nabi Muhammad atas
lamaran Sayyidina Ali
Sayyidina Ali adalah potret laki-laki sejati.Ia tahu
bahwa cintanya harus ia perjuangkan lewat jalan-jalan Tuhannya.Ia yakin
bahwa takdir Allah tidak pernah salah.Ia sadar bahwa usaha dan
keyakinan lah yang membawanya seperti ini.Ia siapkan dirinya , ia
pantaskan kondisinya, ia kuatkan tekad untuk mencobanya , serta ia
siapkan diri untuk menerima kondisi sebaliknya.Ia tahu bahwa cinta tak
pernah menanti.Sekarang atau tidak sama sekali.
***
Dalam
sebuah riwayat juga dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka
menikah) Sayyidah Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum
menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda
”‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah
denganku? dan Siapakah pemuda itu?”Sambil tersenyum Sayyidah Fathimah berkata,
“Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu.”
Kenapa Sayyidah Fatimah ternyata juga mencintai Sayyidina Ali ? saya rasa para pembaca khususnya wanita sudah mengetahui dan memahami jawabannya.
Posting Komentar