Banyak orang bilang sekolah adalah masa yang paling indah. Banyak cerita tentang indahnya masa-masa sekolah. Bahkan sampai ada yang di buatkan lagu. Tapi masa-masa itu gak bakal terulang kembali. Meskipun bisa apakah iya dengan temen yang sama? Suasana yang sama? Guru-guru yang sama? Pacar yang sama? (mudah-mudahan yang ini lebih cantik, aamiin.....).
Tapi bagaimana ceritanya kalo masa-masa sekolah itu dihabiskan di dalam pesantren. Di dalam pesantren yang gak bisa dengan bebasnya keluar masuk. Di pesantren yang selalu dikekang oleh semua peraturan. Di pesantren yang gak mungkin kita bisa bersentuhan dengan cewek cantik (ya iyalah).
Apakah semuanya tetap indah? Apakah semua itu bisa dikenang?
Sebelumnya menurut kalian sendiri apa itu Pesantren?
Pesantren berasal dari kata “Pesan” yang artinya sms dan kata “Tren” yang lagi ngetren jadi bisa disimpulkan artinya adalah sms yang lagi ngetren (halaaaah...).
Banyak orang berpikir bahwa pesantren itu adalah tempat anak-anak buangan. Tempat dimana anak-anak yang nakal dibuang dari orang tua mereka. Karena ketidakbecusan para orang tua mereka yang untuk mendidik anaknya dan lebih menggantungkan kepada pesantren untuk mendidik anak-anaknya supaya tidak nakal. Mungkin semua itu ada benarnya. Tapi buat gue semua itu salah.
Pesantren atau biasa disebut Pondok Pesantren yang bisa di singkat PonPes adalah sekolah islam berasrama. Pendidikan di dalamnya bertujuan untuk memperdalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul serta mempelajari bahasa Arab serta tata bahasanya.
Untuk sejarah umumnya sih simple. Yakni ada beberapa orang yang ingin belajar kepada seorang Kyai. Karena semakin lama semakin banyak yang datang untuk belajar kepada sang Kyai maka beliau berinisiatif untuk mendirikan sebuah pemondokan atau asrama. Para murid yang belajar di dalam pesantren pun biasa disebut dengan sebutan santri.
Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak berdiri pondok-pondok pesantren. Klo pengen belajar ngitung coba aja lu itung-itung sendiri, gue si ogah. Berbeda dengan jaman kuno masa pra sejarah dulu yang menyuguhkan pesantren dengan cara salafiyah. Saat ini pondok-pondok pesantren di Indonesia sendiri sudah memiliki banyak jurusan, dan biasa disebut Pesantren Modern.
Pesantren Salafiyah atau Salafi biasanya masih menganut sistem tradisional. Di mana seorang santri yang belajar di dalamnya hanya disuguhi oleh pelajaran-pelajaran islam. Intinya mereka hanya memperdalam pelajaran agama islam. Dan di sana biasanya seorang santri dapat belajar langsung dengan sang Kyai. Sedangkan untuk Pesantren Modern para santri tidak hanya disuguhi pelajaran agama islam namun di sini mereka juga disuguhi dengan pelajaran-pelajaran umum lainnya. Meskipun tetap saja untuk persentasenya lebih banyak pelajaran agama islamnya. Berbeda dengan pesantren salafi dipesantren modern para santrinya lebih banyak diajar oleh para guru yang telah disediakan dan jarang sekali diajar langsung oleh sang Kyai.
Untuk Pesantren Modern sendiri jujur gue gak tau siapa pencetusnya. Karena males harus searching di mbah Google dan masuk sini situ. Tapi mungkin sepertinya para Kyai di jaman dahulu mulai menyadari bahwa untuk hidup ini para santri bukan hanya membutuhkan ilmu agama saja namun mereka juga perlu di bekali oleh ilmu-ilmu umum lainnya. Dari yang awalnya hanya ada Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah saat ini pesantren mulai menambahkan jurusan SMP, SMA, dan SMK. Bahkan yang terbaru diabad 21 diera globalisasi saat ini ada yang namanya Pesantren Virtual. Mungkin orang-orang saat ini mulai berpikir bahwa yang namanya pesantren tak harus tinggal didalam pesantren atau asrama. Jadi cukup duduk manis dirumah, buka website, kemudian pelajari semuanya melalui website tersebut.
Pesantren sendiri saat ini memiliki peranan yang sangat penting dalam hal penyebaran agama islam. Banyak orang tua yang mulai mempercayakan pendidikan anaknya dengan cara memasukkan anaknya kedalam pesantren. Tanpa terkecuali gue. Yoi gue, gak percayakan lu kalo gue lulusan pesantren. Pasti lu semua gak percaya, muka copet begini bisa-bisanya diterima dipesantren. Bokap gue atau lebih tepatnya semua keluarga dari bokap gue adalah lulusan pesantren. Jadi mau gak mau gue pun dimasukkan ke pesantren.
Awalnya sebelum gue masuk pesantren gue berpikir bahwa pesantren itu adalah tempat yang menyeramkan. Sebuah tempat pengasingan dimana hanya orang-orang cerdas, ganteng, dan berwajah unyu yang bisa mendaftar ke dalam pesantren. Secara muka gue kan gak beda-beda jauh lah sama artis-artis boyband Korea masa kini, yang sipit-sipit gimana gitu. Hehe..
Setengah atau mungkin lebih dari sisa masa remaja gue dihabiskan didalam pesantren. Gue disiksa, disakiti, dipukuli,  (goblook... ya gak lah bego).
Gue cuma sebagian kecil dari orang-orang yang ingin mempelajari atau memperdalam islam dipesantren. Gak lama kok, gue hidup dipesantren cuma tiga tahun. Iya tiga tahun, yang menurut gue itu masih kurang. Kok bisa? Gue sendiri bingung karena apa, dan kenapa kok bisa-bisa nya gue menganggap itu kurang. Karena menurut gue untuk mempelajari Ilmu Agama itu seumur hidup pun belum cukup. Banyak pelajaran-pelajaran yang belum gue tahu atau mengerti. Gue sendiri masih inget salah satu cerita dari guru gue. Katanya dulu ada seorang santri yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di pesantren. Sejak dia masih berumur belasan tahun sampai dia berumur tujuh puluh tahun, dia belajar dan tidak pulang. Mungkin karena sudah terlalu lamanya dia menimba ilmu akhirnya sang Kyai menyuruh dia pulang untuk menyebarkan ilmu yang dia miliki. Sang santri pun menuruti permintaan sang Kyai untuk pulang kekampung halamannya. Sesampainya dirumah dia dinikahkan oleh orang tuanya dengan gadis berumur tujuh belas tahun (mantep ye udah umur 70 dapet bini umur 17, wow..ckckck.....). Dan dia pun mulai mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada penduduk sekitarnya. Sekarang dia di kenal sebagai seorang pendiri Pondok Pesantren ternama di daerahnya. Gak kebayangkan berapa lama dia nyantren kalo di bandingin sama gue yang cuma tiga tahun doang.
Dalam tiga tahun mungkin banyak yang gue pelajari, meskipun hanya sedikit yang gue mengerti. Iya sedikit... karena gue lebih suka molor daripada ngaji. Gimana gak molor, dalam sehari gue di haruskan ngaji tiga sampai empat kitab yang berbeda semuanya berbahasa arab belum lagi ditambah pr-pr yang menumpuk dari sekolah (alesan, bilang aja lu bego susah amat). Iya gue emang kurang pinter alias oon.
Meskipun gak banyak dan gak lama gue nyantren tapi di sinilah semuanya di mulai. Iya semuanya, semua cerita tentang arti persahabatan, nikmatnya kebersamaan, indahnya berbagi. Dari mulai hal-hal yang lucu sampai yang horror, yang iseng sampai di isengin, dan ehm…ehm… sorry. Sambil menyalakan sound dengan volume full, volume bass setengah, volume trible tiga seperempat dan langsung menyetel lagu iwak peyek dan bergaya ala cheerleaders yang lagi nahan boker. Give me a “C”, give me a “I”, give me a “N”, give me a “T”, give me a “A”, C.I.N.T.A . Pokoknya semua ada di sini. Dan inilah cerita gue tentang kehidupan gue selama di pesantren. Check it out.

Posting Komentar