Kisah-kisah berikut semoga jadi pelajaran bagi wanita muslimah supaya sejak dini menjauh dari pergaulan dengan laki-laki non muslim,
baik dengan pacaran atau serius sampai ke jenjang pernikahan. Lima
kisah di bawah ini menunjukkan langkah licik kaum Nashrani dalam
memurtadkan wanita muslimah.
Kisah pertama dari Ibu Dewi:
“Saya seorang ibu 29 tahun dan suami 31 tahun. Kami telah dikaruniai
dua anak. Yang pertama pria (6), dan kedua putri (2). Kami menikah 7
tahun yang lalu, dia adalah teman sekampus saya. Saat pertama
mengenalnya, saya benar-benar benci. Maklum, saya lahir dari keluarga
Muslim yang taat, sementara dia pemeluk Protestan. Tapi entahlah,
mungkin karena dia tak pernah putus asa, saya kemudian menerimanya
menjadi pacar. Saya benar-benar semakin sayang setelah dia kemudian
menerima menikah dalam Islam. Saya benar-benar bahagia sekali.” Tetapi
setelah datangnya anak pertama lalu disusul anak kedua, banyak perubahan
yang terjadi pada suami saya.
Tiba-tiba dia jarang shalat dan sering
keluar tanpa pamit. Belakangan saya tahu ternyata dia tidak benar-benar
meninggalkan agamanya. Bahkan, sejak anak kedua kami lahir, secara
terang-terangan dia pernah mengatakan kepada saya. `Saya masih seperti
dulu, jadi jangan harap ada perubahan.’” “Mendengar kata-katanya, saya
hampir tidak percaya. Suami saya yang tadinya pendiam itu tiba-tiba
seperti itu. Yang membuat saya benar-benar takut dan sedih, hari-hari
ini, dia sering memaksa saya mengikuti jejaknya untuk datang di
kebaktian.’
Kisah kedua dari seorang ibu asal Palu:
Wanita berperawakan sedang ini datang bersama suaminya dengan wajah
sembab. Kepada Sahid, ia menceritakan musibah yang menimpa keluarganya.
Singkat cerita, sang adik diketahui hamil di luar nikah sesaat sebelum
menyelesaikan gelar sarjananya. Yang membuat musibah itu terasa amat
berat, pacar sang adik itu ternyata pemuda beragama lain. “Adik saya
dihamili oleh pemuda Kristen,” ucapnya sembari menyeka linangan air
matanya. Padahal, sang adik dikenal sebagai wanita pendiam dan jarang
keluar rumah. Selain itu, selama ini, dia dibesarkan dan dididik dalam
lingkungan keluarga Muslim yang sangat taat. Peristiwa memalukan itu
memang kemudian bisa dicarikan solusinya. Singkatnya, sang adik akhirnya
menikah dengan pacarnya pemuda Kristen dalam upacara Islam. Setelah
itu, keduanya pindah kota yang jauh dari keluarga, di Palu. Hanya saja,
kepergiannya masih tetap menyisakan luka yang mendalam bagi pihak
keluarga. Terutama setelah diketahui bila sang adik telah ikut sang
suami menjadi aktifis gereja bersama semua anaknya.
---
Kisah cinta seperti Dewi dan adik si ibu tadi bukan hal baru di
negeri ini. Banyak pemuda dan pemudi pernah mengalami hal serupa.
Memiliki teman dekat atau calon suami yang berbeda agama.
Ujung-ujungnya, dalam banyak kasus, hubungan keduanya kemudian terhambat
karena adanya perbedaan agama. Bagi yang taat pada agama, mereka
memutuskan untuk berpisah. Sebagian lagi memilih kompromi, yakni memilih
mengikuti salah satu dari agama yang dianut pasangannya. Pada pilihan
yang terakhir inilah yang perlu diwaspadai, utamanya para gadis
muslimah.
Kisah ketiga lewat pemerkosaan:
Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan
kristenisasi yang sangat menghina umat Islam, yaitu memperkosa muslimah
murid Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya dimurtadkan. Khairiyah
Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2
Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang
Minang yang dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan
dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan
sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja
Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk
membuka jilbab dan masuk Kristen. Gereja itu dipimpin Pendeta Willy,
sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang. (Dialog
Jumat, 6 Agustus 1999).
Kisah keempat dari H. Kacep:
Banyak muslimah telah jadi korban pemurtadan. Hanya orang-orang yang
tinggal di selatan Pasar Tambun yang mengenal H Kacep. Mungkin sebab
itu, kasus kematian mubaligh kondang untuk ukuran kampungnya yang
sungguh mengenaskan, sama sekali luput dari pemberitaan media massa.
Kejadiannya sekitar setahun yang lalu. Berawal dari pertemuan puterinya
dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut. Kian hari kian akrab.
Gadis muslimah itu kian sering dijumpai berduaan dengan sang pemuda.
Sang ayah, H. Kacep, suatu waktu memanggil keduanya. Mubaligh itu
bagaimana pun tahu bahwa berpacaran adalah sesuatu yang dilarang dalam
Islam. “Wa la taqrabuu zina, demikian peringatan Allah SWT dalam
al-Qur’an.” Karena hubungan antara puterinya dengan sang pemuda sudah
terlihat begitu erat dan berjalan sudah relatif lama, maka sebagai
seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat untuk meresmikan
hubungan kedua insan itu ke dalam jenjang pernikahan.
Secara bijak H. Kacep mengutarakan keinginannya pada sang pemuda.
Puterinya menyimak baik-baik apa yang dikatakan ayahnya itu. Hatinya
berbunga-bunga. Yakin bahwa sang pemuda pujaan tidak akan keberatan
dengan maksud ayahnya. Setelah mendengar penuturan H. Kacep, sang pemuda
dengan enteng menjawab, “Ya, saya mau saja menikahi anak bapak. Asalkan
pernikahannya dilakukan di gereja!”
Bagai disamber geledek di siang bolong. Bapak dan anak puterinya
terkaget-kaget dibuatnya. Sama sekali tidak pernah terlintas di
pikirannya bahwa pemuda yang selama ini dekat dengannya ternyata seorang
non-Muslim. Padahal dulunya ia pernah bilang bahwa dirinya juga Islam.
Dari hari ke hari gadis muslimah tersebut mengurung diri di kamarnya.
Hingga suatu hari sosok remaja tersebut ditemukan terbujur kaku dengan
mulut berbusa. Sekaleng racun serangga ditemukan tergolek di sampingnya.
Besar kemungkinan, sesuatu yang berharga telah dipersembahkan gadis
tersebut pada sang pemuda hingga ia memilih mati ketimbang menanggung
malu. Kematian puteri tercintanya membuat H. Kacep menangung kesedihan
yang amat sangat. Belum lagi kasak-kusuk tetangganya yang kerap
terdengar tidak sedap. Akhirnya H. Kacep jatuh sakit. Dua bulan
kemudian, sang ayah menyusul puteri tercintanya ke alam baka. Pesantren
yang dikelolanya pun bubar.
Kisah kelima karena pertemanan akrab dengan pemuda Nashrani:
Di daerah Kranji, masih Bekasi, beberapa tahun lalu juga terjadi
kasus yang mirip. Seorang Muslimah berteman akrab dengan seorang pemuda.
Dari pertemanan tersebut, si gadis pun hamil. Sang ayah yang tahu
sedikit banyak tentang Islam pun marah besar. Segera dipanggilnya sang
pemuda untuk dimintai pertanggungjawabannya. Juga dengan enteng, si
pemuda menjawab, “Saya mau nikah dengan anak bapak, asal dilakukan di
gereja!” Ayah beranak itu kaget mendengarnya. Sama sekali mereka tak
menyangka siapa gerangan pemuda itu. Tapi sikap dan pendirian sang ayah
cukup tegas: ketimbang anaknya murtad, lebih baik menolak mentah-mentah
syarat sang pemuda Kristen tersebut. Janin yang dikandung anaknya
dibiarkan lahir tanpa ayah. “Kini anaknya dirawat oleh orangtua si
gadis”, ujar Drs. Abu Deedat Syihabuddin, MH, Sekjen FAKTA (Forum
Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) Jakarta.
---
Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah.
Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan
dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa.
Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa
menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh
komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi
dengan teror kejiwaan supaya murtad ke Kristen dan menyembah Yesus
Kristus.
Di Bekasi, modus pemerkosaan dilakukan lebih jahat lagi. Seorang
pemuda Kristen berpura-pura masuk Islam lalu menikahi seorang gadis
muslimah yang salehah. Setelah menikah, mereka mengadakan hubungan suami
isteri. Adegan ranjang yang telah direncanakan, itu foto oleh kawan
pemuda Kristen tersebut. Setelah foto dicetak, kepada muslimah tersebut
disodorkan dua pilihan: “Tetap Islam atau Pindah ke Kristen?”. Kalau
tidak pindah ke Kristen, maka foto-foto talanjang muslimah tersebut akan
disebarluaskan. Karena tidak kuat mental, maka dengan hati berontak
muslimah tersebut dibaptis dongan sangat-sangat terpaksa sekali, untuk
menghindari aib. Di Cipayung Jakarta Tirnur, seorang gadis muslimah
yang taat dan shalehah terpaksa kabur dari rumahnya. Masuk Kristen
mengikuti pemuda gereja yang berhasil menjebaknya dengan tindakan
pemerkosaan dan obat-obat terlarang
Posting Komentar