Makin angot aja nih istilah cabe-cabean ama terong-terongan. Nggak
sekalian aja tomat-tomatan atau garam-garaman, terasi-terasian plus
gula-gulaan supaya bisa jadi sambal. Hehehe.. kalo ngeliat definisinya,
sebenarnya fenomena cabe-cabean atau terong-terongan udah ada sejak
jaman baheula (jadul). Cuma istilahnya ada yang diperbarui. Di
daerah Jawa Tengah sana, konon kabarnya sebelum cabe-cabean udah ngetop
kimcil. Nggak jauh bedalah. Atau mungkin sudah di-replace alias
diganti kali ya. Tetapi, terlepas dari kontroversi itu, yang jelas
fenomena cabe-cabean dan terong-terongan sungguh sudah sangat
mengganggu. Khususnya cabe-cabean.
Eh, ini ngobrolin apaan sih? Hah? Kamu ada yang nggak ngeh soal ini?
Waduh, kirain udah pada paham semua. Hehehe… itu lho, cabe-cabean adalah
istilah untuk anak cewek alay yang sok imut, genit, ganjen dan
pecicilan gitu deh. Sering nongkrong di arena balap liar atau kalo naik
motor seringnya boncengan bertiga nggak pake helm dengan balutan pakaian
yang ketat dan minim. Kesannya para ABG cabe-cabean ini adalah cewek
yang murahan dan bahan mainan para cowok iseng. Nah, itu kira-kira
pengertiannya. Kalo nggak puas, kamu bisa googling lagi dah di internet.
Tetapi setidaknya inilah definisi umumnya. Jauh banget ternyata dengan
definisi wanita shalihah ya? Idih, kalo cewek cabe-cabean mah tepatnya
digelari gajah alias gadis jahiliyah!
Nah, kalo terong-terongan apa pula itu, bos? Gini, kalo
terong-terongan itu buat lawan jenisnya, yakni para cowok alay yang juga
berperilaku seperti cewek cabe-cabean. Cuma memang untuk istilah
terong-terongan nggak terlalu jadi sorotan. Kalah pamor dengan istilah
cabe-cabean. Namun, apapun itu istilahnya, kita menilai berdasarkan
fakta di lapangan seperti apa. Jika bertentangan dengan norma
masyarakat, apalagi norma agama, ya kudu dibenahi. Jangan dibiarkan atau
malah dibuat makin semarak. Nggak lah. Harus ditertibkan dan mereka
harus disadarkan, lalu dibina akidahnya agar menjadi wanita shalihah dan
lelaki shalih. Ini tanggung jawab kita semua lho. Bukan cuma tanggung
orang tua mereka aja. Bagaimana dengan pemerintah, apa perlu dilibatkan?
Kalo pemerintah sih emang sudah sewajibnya mengurus rakyat kok. Jadi,
peran pemerintah kudu tampak nyata untuk mengatasi fenomena sosial yang
buruk ini.
Apa penyebab cewek cabe-cabean?
Kalo ditanya penyebabnya tentu akan banyak pendapat
sesuai pengamatan terhadap fakta. Seseorang yang ditanya, jawabannya
akan berbeda dengan orang lain yang ditanya untuk masalah yang sama.
Maka, kita bisa baca di media cetak atau lihat di televisi banyak
pengamat pendidikan, pengamat sosial, pengamat masalah anak, pengamat
keluarga dan pengamat lainnya nyaris banyak perbedaannya dalam menyikapi
fenomena cabe-cabean dan penyebabnya. Namun demikian, sebagai muslim
sebenarnya kita punya standar yang jelas, yakni akidah dan syariat
Islam. Sehingga, pengamat dalam bidang-bidang tertentu yang dikuasainya
akan selalu menjadikan Islam sebagai standar utama. Sehingga pasti akan
ada kesamaannya dalam bersikap dan menjawab penyebab maraknya suatu
fenomena, termasuk seputar cabe-cabean. Paham ya?
Nah, saat ini kan kita semua hidup dalam sistem kehidupan yang bukan
Islam. Tentu saja masyarakatnya juga bukan masyarakat Islam karena
pemikirannya sangat beragam dan jauh dari standar Islam. Mungkin yang
menggunakan Islam sebagai rujukan tetap ada, tetapi jumlahnya tak
dominan. Bisa jadi malah yang banyak adalah mereka yang menjadikan
ideologi selain Islam sebagai pengatur kehidupannya. Akibatnya, pola
pikir dan pola sikapnya, meski dia muslim, malah jauh dari Islam karena
memilih keyakinan atau ideologi lain selain Islam. Bahaya tuh,
Oke, kalo ditelusuri nih, penyebabnya setidaknya ada tiga bagian kalo
menurut saya. Oya, ini pun berdasarkan cara Islam memandang lho. Jadi
ya saya ngikutin aja menurut Islam. Apa saja tuh? Pertama, faktor
keluarga. Betul, ini memang yang utama dalam pandangan Islam. Dalam
keluarga kan terdiri dari ayah, ibu, dan juga anak-anak. Ini keluarga
inti ya. Nah, kalo ayah dan ibunya nggak pernah ngajarin anak-anak maka
besar kemungkinan anak akan terlantar dalam pemahaman akidahnya, dalam
etika pergaulannya dan semua hal yang berkaitan dengan kepribadian
mereka. Jelas, dalam hal ini orang tua yang kudu bertanggung jawab.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu.: Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya
lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi
sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah
kau melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat
suci ini: “(tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut
fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah
agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui (QS
ar-Ruum [30]: 30)
Dalam hadis shahih riwayat Bukhari ini jelas bahwa orang tua sangat
bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anaknya. Oya, fitrah Allah itu
maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah Ta’ala mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama
tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu
hanyalah lantaran pengaruh lingkungan (terutama yang pertama berpengaruh
adalah orang tuanya). Maka, kalo nanti kamu berkeluarga, kamu kudu
ngerti persoalan ini dan kamu kudu meningkatkan keimanan dan tsaqafah
Islam. Setelah itu carilah pasangan ketika menikah dengan kriteria yang
sesuai tuntunan Islam. Minimal pemahamannya seperti kamu deh (yang udah
islami, maksudnya), syukur-syukur bisa lebih baik lagi.
Kedua, faktor masyarakat. Mengapa kini fenomena cewek cabe-cabean
marak atau cowok terong-terongan jadi heboh? Sangat boleh jadi, ada yang
salah dengan masyarakat kita. Memang sih nggak bisa menyalahkan seluruh
individu dalam masyarakat. Tetapi, saat ini kita hidup bukan pada
kondisi ideal sebuah masyarakat islami. Sangat boleh jadi ada individu
dan kelompok atau komunitas yang peduli dengan kondisi masyarakat, lalu
mereka mengajak masyarakat yang sakit itu untuk sadar dan memulai hidup
dengan cara Islam. Tetapi masalahnya, di masyarakat itu bukan hanya
orang yang baik, tetapi bejibun juga orang yang jahat. Bisa dibayangin
dah, gimana jadinya kalo masyarakat yang jahat justru mendominasi. Jika
ini yang terjadi, maka pantas bahwa masyarakat bisa disalahkan dan
bertanggung jawab atas kerusakan ini.
Ketiga, faktor negara. Nah, ini sebenarnya ujung tombak perubahan ke
arah kebaikan ada di tangan para pemimpin dan penyelenggara negara,Gimana pun juga, ketika individu (termasuk dalam hal ini
keluarga) dan masyarakat kehilangan energi untuk melakukan perubahan,
maka negara wajib menjadi pihak yang paling bertanggung-jawab atas
semuanya, yakni dengan menerapkan aturan dan sanksi. Silakan dilihat aja
sekarang, kalo fenomena cewek cabe-cabean dan cowok terong-terongan ini
justru luput dari perhatian pemerintah—atau bahkan mereka membiarkan
semua itu terjadi tanpa penyelesaian, maka bisa dipastikan bahwa negara
telah abai dan gagal mengurus rakyatnya.
Jika melihat
fenomena cewek cabe-cabean saat ini, sangat mungkin penyumbang
kemunculan dan keberadaan mereka disebabkan lalainya orang tua dalam
mendidik, Cuek alias nggak mau pedulinya masyarakat terhadap kasus
tersebut, dan juga abainya negara dalam melayani rakyat karena tak
membuat aturan dan sanksi bagi para pelaku cewek cabe-cabean dan ragam
pelanggaran serta kemaksiatan lainnya. Namun, jika dirunut penyebab
utama atau akar masalah, tentunya adalah penerapan aturan selain Islam
oleh negara. Sehingga membuat kerusakan bukan hanya pada segelintir
orang, tetapi juga menyebar rata ke hampir semua orang di negeri ini.
Waduh, menyedihkan banget tuh! Semoga kamu paham penjelasan ini ya.
Islam solusinya
Kenapa harus Islam solusinya? Lha, kita kan kaum muslimin, tentu saja
kita hanya menjadikan Islam sebagai jalan hidup yang akan memberi
solusi untuk meraih kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. Iya nggak
sih?
Nah, apa solusi Islam terhadap masalah ini? Langsung aja ya. Pertama,
benahi ketakwaan individu. Tentu saja ini yang utama bebannya ada di
keluarga. Para orang tua wajib menjaga anak-anaknya agar memiliki
keimanan dan ketakwaan yang bagus, serta tercermin dalam ucapan dan
tindakan kesehariannya yang menjadikan Islam sebagai pedoman hidup.
Kedua, kontrol masyarakat. Nah, meski saat ini masyarakat nggak islami,
tetapi bagi individu dan kelompok atau komunitas dakwah wajib
menyampaikan hal ini agar masyarakat pun peduli terhadap permasalahan
cewek cabe-cabean dan berupaya menyelesaikannya dengan cara Islam.
Ketiga, penerapan aturan dan sanksi oleh negara. Namun dengan kondisi
negara yang nggak menerapkan syariat Islam, sulit rasanya bisa
mewujudkan hal ini. Buktinya banyak kasus tak terselesaikan: hukum,
peradilan, sosial, pendidikan, ekonomi dan masih banyak lagi. Ini
kapitalisme, Bung!
Lalu bagaimana? Yang jelas bukan lalu-lalang, lalu-lintas, atau lalu
diam, atau lalu dibiarin aja. Tetapi kita harus bergerak. Ya, setelah
tahu fenomena cewek cabe-cabean dan cowok terong-terongan, lalu kita
berupaya menyelesaikannya dengan cara menyadarkannya dan membina mereka
dengan keimanan dan tsaqafah Islam. So, ayo yang udah ngerti Islam terus berdakwah ya. Ajak mereka ke jalan yang benar, yakni Islam. Semangat!
Posting Komentar