Gazza, muslimdaily.net- Suara takbir menderu di
seluruh plosok daerah, suasana damai nan sejuk bisa kita rasakan,
kebersamaan semakin memperkokoh ukhuwah Islamiyah, semua orang merayakan
hari raya ummat muslim sedunia ini, mungkin itulah yang kita rasakan
saat ini.
Namun kini suasana itu tidak didapati lagi oleh kaum Muslimin yang
berada di Palestina. Nampak seorang laki-laki berumur 30an yang sedang
duduk di sebuah Taman Pahlawan sambil mengawasi anak-anaknya bermain dan
berujar kepada salah satu jurnalis yang sedang menemuinya: “”Tahun ini,
tidak ada Idul Fitri di Jalur Gaza,” ujar laki-laki yang bernama Moneer
Al Ballawi tersebut.
Suasana udara menjadi mencekam, jet-jet Israel meneror, drone hilir
mudik mengitari langit-langit bumi kaum Muslimin Palestina. Hanya
sesekali Al-Ballawi menatap ke atas, sekadar untuk melihat asap jet.
“Biasanya,
empat atau tiga hari jelang akhir Ramadan adalah saat berbelanja;
membeli pakaian baru, makanan serba enak untuk keluarga, dah
hadiah-hadian untuk orang-orang tercinta,” lanjut Al-Ballawi. “Tidak ada
Idul Fitri tahun ini. Yang ada adalah kematian dan kehancuran.
Seperti di Indonesia, perayaan Idul Fitri di Gazza pun tidak sekedar
sholat Ied saja, akan tetapi juga pesta keluarga dengan hidangan yang
lezat, saling berma’af-ma’afan, saling memberi hadiah, saling berkunjung
dan saling mendo’akan.
Menggunakan pakaian terbaik dan baru menjadi pilihan semua orang
ketika itu baik lansia maupun balita. Di jalan-jalan, anak-anak kecil
merayakan Idul Fitri dengan caranya sendiri. Para remaja saling
berkumpul dengan teman-teman sebayanya di taman-taman.
Fatima Syam, perempuan usia 47, pesimis Israel menghentikan serangan
saat sebagian besar penduduk Gaza mengakhiri Ramadan dan merayakan Idul
Fitri.
“Kalau pun Israel berhenti menyerang, kami tidak punya apa-apa untuk merayakan Idul Fitri,” ujarnya
Fatima tidak punya rumah lagi. Ia pindah ke apartemen keluarga,
setelah rumahnya hancur dibom Israel. Ia harus selalu keluar dan
berjalan-jalan di taman, karena apartemen terlalu sempit untuk 15 orang.
Tahun
lalu, dalam suasana pesta Idul Fitri, Ibrahim Fayyed (27) membisikan
janji ke telinga Yahia Hadani Al Kafarna (24); “Aku akan melamarmu
setelah Idul Fitri 2014. Kita menikah.”
Sejak Senin (21/7), atau ketika Israel membom Beit Hanoun, Yahia
tidak lagi melihat Fayyed. Keduanya terpisah. Yahia pindah dari satu ke
lain penampungan bersama keluarganya.
Yahia mendapat kabar Fayyed mengungsikan ibunya ke sebuah apartemen
di tengah kota. Ia yakin Fayyed baik-baik saja, dan akan menemuinya jika
keadaan aman.
Namun keyakinan itu tidak cukup menyembunyikan kegundahan, atau lebih
tepatnya ketakutan, akan kemungkinan maut Israel memisahkan mereka.
Sebagaimana yang dilansir Daily Mail, setelah masa perdamaian 12 jam
selesai maka hari Ahad ini (27/7) Israel bersiap-siap untuk melanjutkan
pembantaian terhadap rakyat sipil yang saat ini sangat merindukan
suasana Idul Fitri yang sesungguhnya.
Mari sejenak di malam terakhir Ramadhan dan awal-awal bulan Syawal
1435 ini kita berdo’a dengan sepenuh jiwa agar Allah SWT selalu
melindungi dan mengokohkan jiwa-jiwa warga Gazza, dan bagi yang sudah
meninggal karena kebiadaban pasukan zionis Israel semoga Allah tempatkan
mereka di Jannah-Nya. Amin ya Mujiibas Sailiin
Posting Komentar