Sejarah ulama-ulama sufi ternama periode klasik menyimpan dengan baik
nama Syekh Abu Ishaq Ibrahim bin Adham. Kepribadiannya dipuji banyak
kalangan lantaran sikap zuhud dan tawadhunya.
Siapa tak takjub, ketika jabatan elit sebagai Raja Balkh (Iran) ia
tinggalkan demi kehidupan serba sederhana di jalan tasawuf. Kisah Syekh
Ibrahim bin Adham sering terekam dalam sumber-sumber Arab dan Persia,
seperti Imam Bukhari dan lainnya., sebagai tokoh sufi yang pernah
bertemu dengan Nabi Khidir.
Salah satu inspirasi yang dapat ditimba dari Syekh Ibrahim bin Adham
adalah peristiwa di gurun pasir yang lapang. Dalam sebuah perjalanan,
Syekh Ibrahim mendadak dihampiri seorang tentara berwatak kasar.
”Dimana kampung yang paling damai?” tanya tentara itu.
Syekh Ibrahim menjawab dengan isyarat telunjuk yang mengarah ke
lokasi pemakaman. Tak puas dengan jawaban ini, si tentara pun
menghantamkan kepalan tangannya tepat ke arah kepala Syekh Ibrahim. Aksi
tentara itu berhenti setelah mengetahui bahwa yang ia pukul adalah
Syekh Abu Ishaq Ibrahim bin Adham, tokoh sufi dari Khurasan.
”Maafkan kekhilafan saya, wahai Syekh.”
”Saat kamu memukulku, aku berdoa kepada Allah agar memasukanmu kedalam surga,”
“Mengapa?”
”Aku tahu bahwa aku akan memperoleh pahala karena pukulanmu. Aku
tidak ingin nasibku menjadi baik dengan kerugianmu, dan perhitungan
amalmu menjadi buruk karena diriku.”
Akhlak Syekh Ibrahim bin Adham seketika melelehkan hati batu si
tentara. Cara Syekh Ibrahim menasihati dan ketulusannya menerima risiko
menyadarkannya untuk lebih serius dalam mencari kebenaran.
Posting Komentar