Mitoni ini ada kisah tersendiri.
Siapakah Sang Penggagas selamatan mitoni versi islam. Dialah Sunan Kudus.Sunan Kudus ini merupakan pendukung gagasan dari Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Orang Jawa menyebutnya Kaum Abangan.
Kenapa disebut Abangan?
Ya karena cara berdakwahnya adalah dengan mendekati rakyat yang masih erat dengan budaya lama, tradisi yang tengah ada dibiarkan tapi disusupi dengan ajaran islam.Kurang lebih begitu intinya.
Di dalam cerita tutur jawa, disebutkan bahwa Sunan Kudus itu pada
suatu ketika gagal mengumpulkan rakyat yang masih berpegang teguh pada
adat istiadat lama.Seperti diketahui, rakyat Jawa banyak yang melakukan adat-adat aneh, yang kadang kala bertentangan dengan ajaran Islam.
Misalnya saja berkirim sesaji di kuburan untuk menunjukkan bela sungkawa atau berdukacita atas meninggalnya salah seorang anggota keluarga, selamatan neloni, mitoni dan sebagainya.
Sunan Kudus sangat memperhatikan upacara-upacara ritual itu dan berusaha sebaik-baiknya untuk merubah atau mengarahkannya dalam bentuk Islami. Hal ini dilakukan juga oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Muria.
Begitu pula selamatn mitoni, acara selamatan yang minta kepada dewa kalau anaknya lahir supaya tampan seperti Arjuna dan jika perempuan agar cantik seperti Dewi Ratih.
Adat dan upacara tersebut tidak ditentang secara keras oleh Sunan Kudus.Melainkan diarahkan dalam bentuk islami. Acara boleh terus dilakukan tapi niatnya bukan hanya sekedar kirim sesaji kepada para dewa, melainkan bersedekah kepada penduduk setempat dan sesaji yang dihidangkan boleh dibawa pulang.
Sedangkan permintaannya langsung kepada Allah SWT dengan harapan jika anaknya yang lahir laki-laki seperti Nabi Yusuf as dan jika perempuan seperti Ibu Maryam, Ibunda Nabi Isa as.Untuk itu, sang ayah dan ibu harus sering-sering membaca Surat Yusuf dan Surat Maryam dalam Al Qur'an.
Sebelum acara selamatan dilaksanakan, diadakanlah pembacaan Layang Ambiya' atau sejarah para nabi. Biasanya yang dibaca adalah bab Nabi Yusuf as. Hingga sekarang acara pembacaan Layang Ambiya' yang berbentuk tembang asmaradana, pucung dan lain sebagainya masih hidup di kalangan masyarakat pedesaan.
Undangan Mitoni.
Ketika pertama kali melaksanakan gagasan ini, Sunan Kudus pernah gagal yaitu beliau mengundang seluruh masyarakat baik yang islam maupun yang Hindu dan Budha ke dalam masjid. Dalam undangan tersebut disebutkan bahwa Sunan Kudus mempunyai hajat hendak mitoni dan bersedekah atas hamilnya istri selama 7 bulan.
Sebelum masuk masjid, masyarakat harus membasuh kaki dan tangannya di kolam yang sudah disediakan. Dikarenakan harus membasuh tangan dan kaki inilah banyak rakyat yang tidak mau, terutama dari kalangan Budha dan Hindu.
Sunan Kudus sebenarnya ingin memperkenalkan syariat wudhu kepada masyarakat,namun mereka malah menjauh. Hal ini disebabkan karena iman masyarakat atau tauhidnya belum terbina.
Maka, pada kesempatan lain, Sunan Kudus mengundang masyarakat lagi. Kali ini masyarakat tidak usah membasuh tangan dan kakinya waktu masuk ke dalam masjid, dan hasilnya sungguh luar biasa. Masyarakat berbondong-bondong memenuhi undangannya.
Sunan Kudus Berhasil.
Pada saat itulah Sunan Kudus menyisipkan bab keimanan dalam agama islam secara halus dan menyenangkan rakyat. Cara menyampaikan materi cukup cerdik. Ketika rakyat tengah memusatkan perhatian kepada keterangan Sunan Kudus, akan tetapi karena waktu sudah terlalu lama dan dikuatirkan mereka jenuh, maka Sunan Kudus mengakhiri ceramahnya.
Cara tersebut mengecewakan, akan tetapi di situlah letak segi positifnya. Rakyat jadi ingin tahu kelanjutan ceramahnya. Pada kesempatan lain rakyat datang lagi karena ingin mengetahui kelanjutan ceramah Sunan Kudus yang membuat hati rakyat penasaran.
Dengan demikian, Sunan Kudus berhasil menebus kesalahannya di masa lalu.Rakyat tetap menaruh simpati dan menghormatinya.Cara yang ditempuh untuk mengislamkan masyarakat cukup banyak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sunan Kudus juga merupakan pencipta tembang Mijil dan Maskumambang.Di dalam tembang-tembang tersebut beliau sisipkan ajaran-ajaran agama islam.
Posting Komentar