Beliau
adalah Syaikhul Islam sang pembawa panji kebenaran,penghidup sunnah
Rasul,leluhur dari saddah Ba’alawi,cahaya dari Bashrah, beliau adalah
Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin
Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali
Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam
Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina
Al-Imam Al-Husein putra dari Sayyidinaa Ali bin Abi Tholib dan
Sayyidatunaa Fathimah az-Zahra putri Rasulullah shallahu ‘alaihi wa
sallam.
Al-Imam Ahmad bin Isa Al – Muhajir dilahirkan sekitar tahun 273 H / 853 M
dan besar di Iraq tepatnya di kota Bashrah. Al Muhajir tumbuh dan
berkembang dibawah Asuhan kedua orang tuanya dengan nuansa keilmuan
religi yang sangat kental.Sejak kecil, wajahnya sudah mengguratkan
kepiawaian, kedamaian, dan kebahagian. Beliau juga berkemauan keras,
terutama dalam beramal kebajikan.Kedudukannya yang tinggi dan mulia di
masyarakat Bashrah dan kekayaan yang beliau miliki tidak memalingkan
hatinya dari ibadah dan dakwah.
Al-Imam Ahmad bin Isa tumbuh dalam masa yang dipenuhi dengan ragam
peradaban dan warna-warni ilmu pengetahuan, seperti ilmu Shariah,
filsafat, falak, satra, tasawuf, matematika dan lain-lain.Pada waktu itu
Bashrah memang dikenal sebagai pusat ilmu dan budaya namun disisi lain
masa ini pun marak dengan kekacauan politik maupun perbedaan faham yang
menyebabkan pertikaian senjata dan pertumpahan darah.
Melihat gejala ini dan keinginan beliau yang kuat untuk menyelamatkan
keluarga dan anak keturunannya kelak dari paham-paham yang tidak
benar,Pada tahun 317 H / 897 M Imam Ahmad Al-Muhajir memutuskan
berhijrah dari Basrah ke Madinah.Dengan iringan ratap tangis penduduk
Basrah,cucu Rasulullah ini bergerak menuju Hijaz, nama kawasan Mekkah,
Madinah dan sekitarnya kala itu. Beliau berangkat menuju Hijaz disertai
oleh istrinya, Syarifah Zainab binti Abdullah bin al-Hasan bin ‘Ali
al-’Uraidhy, bersama putera bungsunya bernama Abdullah, yang kemudian
dikenal dengan nama Ubaidillah. Turut serta dalam hijrah itu cucu beliau
yang bernama Isma’il bin Abdullah yang dikenal dengan Al-Basri dan 70
lainy dari orang-orang dekat beliau diantaranya Sayyid Muhammad bin
Sulaiman bin Abdillah leluhur dari Keluarga Al Ahdal dan Sayyid Ahmad Al
Qudaimi leluhur keluarga Al Qudaim.
Rombongan Imam Ahmad Al-Muhajir berhijrah ke madinah melalui jalan
Syam karena jalan yang biasa dilalui kurang aman.Sesampainya di Madinah
pada tahun 317, beliau berziarah ke makam kakeknya Sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alahi wa sallam.Beliau menangguhkan rencana melakukan
ibadah haji pada tahun itu,karena pada saat itu sedang terjadi kekacauan
besar di Makkah, gerakan Qaramithah masuk ke Makkah di musim haji
banyak jama’ah haji yang terbunuh oleh ulah dari kelompok ini,mereka
juga mengambil hajar aswad dari tempatnya.Baru Pada tahun berikutnya 318
H Imam Ahmad bin Isya beserta rombongan berangkat ke Makkah untuk
melaksanakan Ibadah Haji, konon para jamaah haji pada tahun itu hanya
meletakkan tangan mereka di tempat hajar aswad.Di Makkah beliau bertemu
dengan rombongan dari Tihamah dan Hadhramaut.Dari sinilah mereka
mengenal keilmuan Imam Ahmad bin Isya dan akhlaknya yang mulia.Mereka
kemudian menawarkan kepada Imam Ahmad bin Isya untuk berpindah ke
Hadhramaut dan meminta Imam Ahmad bin Isya untuk menghidupkan kembali
ilmu yang mulai meredup di Hadhramaut dan membantu membebaskan penduduk
Hadhramaut dari faham khawarij.
Imam Ahmad bin Isa menerima tawaran tersebut setelah beliau melihat
dengan cahaya batinnya yang bersih adanya kebaikan di tanah
Hadhramaut.Rombongan Imam Ahmad pun bergerak menuju
Hadhramaut,dimulailah babak baru dalam kehidupan Imam Ahmad.Dari hijrah
ini kemudian beliau dikenal dengan gelar Al-Muhajir atau yang
hijrah.Hadirnya Imam Ahmad Al-Muhajir di Hadhramaut merupakan peristiwa
besar dalam sejarah, sebab kehadiran Al Muhajir di Hadhramaut membawa
perubahan besar di daerah itu.Paham khawarij yang dianut oleh sebagian
penduduknya pun tergantikan dengan paham yang shahih yang dibawa oleh
Imam Ahmad.Hal ini karena Imam Muhajir selalu berdiskusi dengan
bijaksana dan teladan yang mulia, yang mana hal ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi para lawan diskusinya dan menimbulkan simpati mereka,
Khawarij adalah mazhab yang menerima diskusi tentang madzhab mereka dan
mereka pun banyak berdiskusi dengan para ulama di banyak hal, sedangkan
Al Imam Al Muhajir merupakan sosok yang ahli dalam hal meyakinkan lawan
bicara.Sehingga paham khawarij perlahan-lahan terkikis dan habis di
hadhramaut dan digantikan dengan paham Ahlu sunnah wa Jama’ah.Hadhramaut
yang panas dan tandus pun menjadi lahan yang subur bagi tumbuhnya para
kekasih Allah dan orang-orang shalih.
Setelah perjuangan yang tanpa mengenal lelah dan penuh kesabaran Al
Imam Al Muhajir berhasil menanamkan metode Da’wah dengan cara khusus
beliau,dakwah dengan akhlak mulia tidak dengan senjata dan tanpa tetesan
darah.Karena itu beliau berhasil menanamkan paham Ahlu Sunnah Wal
Jamaah di Hadhramaut, akhirnya Al Muhajir berpulang kehadirat Allah
ta’ala pada tahun 435 H, dan di makamkan di Al Husyaisyiah tepatnya di
Syi’b Makhdam,sampai hari ini masih terjaga dan terawat serta di ziarahi
oleh muslim dari penjuru dunia.Dari keturunan beliau tersebar cahaya
Islam ke penjuru dunia,termasuk ke Indonesia karena penyebar Islam di
nusantara atau yang di kenal dengan wali sanga merupakan keturunan Imam
Ahmad bin Isya.Imam Ahmad bin Isya Al-Muhajir adalah bapak rohani bagi
masyarakat muslim Indonesia karena itu muslim di Indonesia khususnya
saddah Alawiyah seharusnya mengenal lebih dekat pribadi yang mulia dan
luar biasa ini.
Posting Komentar